BAB VI
SUMBER
DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
Konsumen memiliki tiga sumber daya utama yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini pemasar memberikan barang dan jasa. Terdapat 3 (tiga) sumber daya konsumen di antaranya sebagai berikut :
1.
Sumber Daya Ekonomi.
2.
Sumber Daya Temporal.
3.
Sumber Daya Kognitif.
Ini berarti bahwa pemasar bersaing untuk mendapatkan uang,
waktu, dan perhatian konsumen. Sumber daya lain, seperti energi, mungkin
diperlukan untuk berbelanja dan konsumsi, tetapi uang, waktu, dan perhatian
adalah yang utama. Bukan hanya jumlah waktu dan sumber daya ekonomi yang
menentukan perilaku konsumen. Persepsi konsumen mengenai sumber daya yang
tersedia, atau apa yang akan tersedia pada masa datang, juga penting dalam
keputusan pembelanjaan dan juga mempengaruhi ketersedian untuk menggunakan uang
atau waktu produk. Jadi, ukuran kepercayaan konsumen mungkin berguna dalam
meramalkan penjualan masa dating berdasarkan kategori produk.
1.
Sumberdaya Ekonomi
Keputusan konsumen sehubungan dengan produk dan merek sangat
dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi yang mereka punyai atau mungkin
mereka punyai pada masa dating. Untuk menjadi konsumen diperlukan uang. Kartu
kredit juga memadai. Di dalam era yang lebih awal, barter-pertukaran barang
dengan barang-lazim dilakukan. Barter masih penting di dalam masyarakat yang
kurang maju dan hingga batas tertentu di dalam ekonomi bawah tanah dari
masyarakat maju. Ada ‘’ekonomi informal’’ yang besar di mana orang membarter
atau membeli barang dan jasa dengan cara yang kerap lolos dari pembuatan
catatan dan mungkin pajak. “pemakai berat” ekonomi informal adalah orang yang
kaya, berpendidikan tinggi, dan termasuk muda.
Sumber daya ekonomi-seperti pendapatan atau kekayaan –adalah variable pertama yang harus dianalisis di dalam perilaku konsumen, dengan studi yang dirunut kembali hingga tahun 1672. Studi pertama, dengan basis statistik yang layak diterbitkan oelh Ernest Engel’s Laws of Consumption” (Kaidah Engel mengenai Konsumsi). Kaidah tersebut mengandung empat proposisi mengenai hubungan antara pendapatan keluarga dan proporsi yang dibelanjakan untuk kategori seperti makanan, pakaian, pondokan, dan “lain-lain” (pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan sebagainya).
Sumber daya ekonomi-seperti pendapatan atau kekayaan –adalah variable pertama yang harus dianalisis di dalam perilaku konsumen, dengan studi yang dirunut kembali hingga tahun 1672. Studi pertama, dengan basis statistik yang layak diterbitkan oelh Ernest Engel’s Laws of Consumption” (Kaidah Engel mengenai Konsumsi). Kaidah tersebut mengandung empat proposisi mengenai hubungan antara pendapatan keluarga dan proporsi yang dibelanjakan untuk kategori seperti makanan, pakaian, pondokan, dan “lain-lain” (pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan sebagainya).
Sumber Daya Ekonomi yang lain diluar pendapatan juga mempengaruhi perilaku konsumen. Yang paling penting adalah kekayaan (nilai bersih) dan kredit. Kekayaan, yang diukur menurut asset atau nilai bersih, berkorelasi dengan pendapatan. Variasi primer adalah konsumen tua cenderung memiliki proporsi kekayaan yang lebih besar dibandingkan konsumen yang lebih muda. Keluarga kaya menghabiskan uang mereka untuk pelayanan, perjalanan, minat, dan investasi lebih banyak daripada yang dihabiskan oleh tetangga mereka untuk perlengkapan rumah, peralatan, alat hiburan, dan produk serupa tidak terlalu tinggi karena keluarga kaya biasanya berada dalam tahap yang belakangan dari siklus kehidupan dan tidak berkepentingan untuk melengkapi rumah baru atas membuat pembelian tambahan untuk peralatan besar.
Kredit memperluas sumber pendapatan, setidaknya untuk suatu periode waktu . sebenarnya karena biaya kredit harus dikurangi dari ketersediaan sumberdaya total milik konsumen, kredit mengurangi kemampuan membeli barang dan jasa dalam jangka pangjang. Meskipun begitu, orang Amerika semakin bersedia menggunakan kredit untuk perluasan sementara dari sumber daya ekonomi mereka. Kepala rumah tangga yang lebih muda lebih mungkin mendukung piminjaman daripada rumah tangga yang lebih tua. Orang Amerika paling bersedia meminjam untuk mobil, tagihan pengobatan, atau alasan pendidikan. Rumah tangga yang lebih muda dan mereka dengan pendapatan yang lebih tinggi lebih bersedia meminjam, apapun alasannya.
2.
Sumberdaya Temporal
Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami
perilaku konsumen karena kemiskinan waktu yang semakin banyak dialami orang
Amerika. Jam yang dihabiskan di tempat kerja setiap minggu (termasuk waktu
pulang pergi, pekerjaan rumah tangga, dan pekerjaan sekolah) meningkat dari
40,6 jam pada tahun 1973 menjadi 47,3 pada tahun 1984. Pada waktu yang sama,
rata-rata jumlah jam yang tersedia untuk waktu senggang tuun dari 26,2 jam
menjadi 18,1 jam perminggu.
Salah satu variabel yang paling individual dari perilaku manusia berhubungan dengan bagaimana orang menggunakan anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk bekerja, tidur, dan kegiatan wajib lain. Namun, suatu bagian dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yang disebut waktu senggang (leisure), yang mencerminkan baik keperibadian maupun preferensi gaya hidup.
Sumber daya konsumen terdiri atas dua kendala anggaran: anggaran
uang dan anggaran waktu. Sekarang kita ingin melihat anggaran waktu yang harus
digunakan oleh konsumen untuk mencerminkan preferensi gaya hidup pribadi
mereka. Walaupun pendapatan yang meningkat memungkinkan konsumen membeli
segalanya lebih banyak, pendapatan tersebut tidak mungkin mengerjakan segalanya
lebih hal, sebagaimana berlawanan dengan membeli banyak hal, sebagaimana
berlawanan dengan membeli banyak hal, memerlukan sumber daya tambahan: waktu.
Sementara anggaran uang tidak mempunyai keterbatasan perluasan teoritis, waktu
memiliki kendala pokok.
Kerena pendapatan yang leluasa digunakan terus meningkat di
dalam masyarakat, pasar untuk barang atau jasa yang berhubungan dengan waktu
menjadi lebih penting. Kelangkaan menciptakan nilai. Untuk konsumen yang kaya,
perhatian utama menjadi pembeli lebih banyak waktu ketimbang lebih produk.
Nilai waktu meningkat ketika anggaran uang meingkat, sehingga meningkatkan
kemungkjinan bahwa pemasar menaikkan nilai produk (dan harga yang sesuai) lebih
besar daripada biaya tambahan karena mengerjakannya.
Secara historis, anggaran waktu konsumen secara naïf dianggap
memiliki komponen : kerja dan senggang.anggaran waktu konsumen dibagi ke dalam
tiga blok: “waktu yang dibayar”, “waktu wajib”, dan “waktu leluasa”. Lane dan
Lindquist menggunakan system klasifikasi yang sama termasuk waktu yang
menghasilkan pendapatan, waktu terikat (wajib dan nonwajib), dan waktu yang
tidak terikat (yang direncanakan dan tidak direncanakan). Blok waktu leluasa
atas waktu tak terikatlah yang dapat benar-benar dianggap sebagai waktu
senggang. Voss menyimpulkan: “waktu senggang adalah periode waktu yang diacu
sebagai waktu yang dapat digunakan secara leluasa. Itu adalah waktu ketika
individu ttidak merasakan masalah ekonomi, hukum, moral, atau desekan sosial
atau kewajiban, tidak pula kebutuhan fisiologis pilihan bagaimana memanfaatkan
waktu itu semata-mata merupakan milik individu bersangkutan.
Komplikasi tambahan dalam mendefinisikan kesenggangan terjadi
ketika individu dibayar untuk kegiatan yang mungkin mereka pilih sebagai
kegiatan leluasa. Seniman, professor, dan atlet professional mungkin merupakan
contoh individu yang beruntung dibayar untuk kegiatan yang mereka pilih sebagai
kegiatan waktu senggang mereka.
3.
Sumberdaya Kognitif
Sumber daya kognitif menggambarkan kapasitas mental yang
tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi. Kapasitas
adalah sumber daya yang terbatas. Dapat mengelola hanya sejumlah tertentu
informasi pada satu waktu. Ukuran kapasitas kerap digambarkan istilah keratan
(chunk), yang mewakili suatu unit. Alokasi kapasitas kognitif dikenal sebagai
perhatian (attention). Perhatian terdiri dari dua dimensi: arahan
(direction)intensitas. Arahan menggambarkan fokus perhatian. Karena konsumen
tidak dapat mengolah semua stimulus internal dan eksternal yang tersedia pada
saat tertentu, mereka harus selektif dalam cara mereka mengalokasikan sumber
daya yang terbatas ini. Beberapa stimulus akan mendapat perhatian, yang lain
akan diabaikan.
Intensitas, sebaliknya, mengacu pada jumlah kapasitas yang
difokuskan pada arahan tertentu. Konsumen akan sering mengalokasikan hanya
kapasitas yang diperlukan untuk mengidentifikasi stimulus sebelum mengarahkan
kembali perhatian mereka ke tempat lain. Pada kesemapatan lain, konsumen
mungkin menaruh cukup perhatian untuk mengerti inti dasar dari iklan
bersangkutan. Konsumen kadang mungkin member konsentrasi penuh kepada iklan
tersebut dan menyelidiki secara cermat pesanannya, seperti konsumen di dalam
pasar mobil baru yang membaca iklan mobil.. kenyataan bahwa kapasitas merupakan
sumber daya yang terbatas membawa sejumlah implikasi penting sehubungan dengan
bagaimana konsumen mengolah informasi dan membuat pilihan produk.
4.
Kandungan Pengetahuan
Psikolog kognitif mengemumakan bahwa ada dua jenis pengetahuan
dasar yaitu :
· Pengatahuan deklaratif (declarative
knowledge) melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui, sementara
pengetahuan prosedural (procedural knowledge) mengacu pada pengertian bagaimana
fakta ini dapat digunakan. Fakta ini bersifat subjektif dalam pengertian bahwa
fakta tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Pengetahuan
deklrataif dibagai menjadi dua kategori : episodik dan semantik. Pengetahuan
episodik (episodic knowledge) melibatkan pengetahuan yang dibatasi
dengan lintasan waktu. Pengetahuan ini digunakan untuk menjawab pertanyaan,
“kapan anda terakhir kali membeli sejumlah pakaian?” sebaliknya, pengetahuan
sematik (semantic knowledge) mengandung pengetahuan yang
digeneralisasikan yang memberikan arti bagi dunia seseorang. Ini adalah
pengetahuan yang akan anda gunakan dalam mendeskripsikan sebuah barang.
Pengetahuan konsumen di bagi dalam tiga dibidang umum :
a. Pengetahuan Produk
a. Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk mencakupi :
·
Kesadaran akan kategori
dan merek produk di dalam kategori produk.
·
Terminologi produk.
·
Atribut atau ciri produk.
· Kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai
merek spesifik.
Secara umum, pemasar paling berminat atas pengetahuan konsumen
mengenai merek mereka dan sajian yang kompetitif. Informasi ini diperoleh
melalui analisis kesadaran konsumen dan citra dari merk yang tersedia.
·
Analisis Kesadaran.
·
Analisis Citra.
·
Kesalahan Persepsi
terhadap Produk.
·
Penegtahuan Harga
b. Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan
pembelian (purchase knowledge) mencakupi bemacam potongan informasi yang
dimiliki konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi
dasar dari pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan
keputusan tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian
harus terjadi.
· Di mana Membeli.
· Kapan Membeli.
c. Pengetahuan Pemakaian
Pengetahuan
pemakaian (usage knowledge) menggambarkan kategori ketiga dari pengatahuan
konsumen. Pengetahuan seperti ini mencakupi inormasi yang tersedia di dalam
ingatan bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar
benar-benar menggunakan produk tersebut. Kecukupan pengetahuan pemakaian
konsumen penting karena beberapa alasan pertama, konsumen tentu saja lebih
kecil kemungkinannya membeli suatu produk bila mereka tidak memiliki informasi
yang cukup mengenai bagaimana menggunakan produk tersebut. Upaya pemasaran yang
dirancang untuk mendidik konsumen tentang bagaimana menggunakan produk pun
dibutuhkan. Iklan yang muncul adalah salah satu contoh dari peningkatkan
pengetahuan pemakai dengan member konsumen informasi langkah demi langkah mengenai
bagaimana produk tersebut dapat digunakan.
Penghalang
serupa bagi pembelian terjadi bila konsumen memiliki informasi yang tidak
lengkap mengenai cara-cara yang berbeda atau situasi di mana suatu produk dapat
digunakan. Penemuan kemampuan aspirin untuk mengurangi resiko serangan jantung
mendorng bayer untuk menginformasikan konsumen mengenai pemakaian baru. Jangan
samapai prouduk yang digunakan secara salah mungkin tidak bekerja dengan benar
sehingga menyebabkan pelanggan merasa tidak puas. Yang lebih buruk lagi,
kesalahan dalam pemakaian dapata menyebabkan cedera tubuh, seperti kecelakaan
kerap terjadi sehubungan dengan gergaji listrik yang dipegang dengan tangan.
Upaya seperti ini sangat lazim, karena pemasar kerap mengidentifikasi dan
mempromosikan pemakai produk baru untuk meningkatkan permintaan , khususnya
dalam hal produk yang sudah matang.
5.
Organisasi
Pengetahuan
Organisasi
pengetahuan merupakan sesuatu untuk mengatur atau struktur organisasi untuk
mengelompokan sesuatu, organisasi di buat untuk memudahkan penggunaan
dokumen atau pengetahuan itu sendiri, atau juga bisa diartikan mendeskripsikan
dokumen, isi, fitur da tujuan, dan membuat dokuneb-dokumen dan bagian yang
dapat diakses oleh orang-orang mencari mereka atau pesan yang isinya meliputi
pengetahuan. setiap jenis organisasi dan metode penyusunan indeks, abstrak,
katalogisasi, klasifikasi, manajemen arsip, kepustakaan dan penciptaan atau
bibliografi database tekstual untuk pengambilan informasi atau juga bisa di
artikan sebagai tentang kegiatan seperti mendokumenkan, pengindeksan dan
klasifikasi yang dilakukan di perpustakaan, database, arsip dll kegiatan ini
dilakukan oleh pustakawan, arsiparis, spesialis subyek dan sekaligus oleh
algoritma komputer.
Terdapat pendekatan
historis dan teoritis yang berbeda dan teori tentang pengelolaan pengetahuan,
yang terkait dengan pandangan yang berbeda dari pengetahuan, kognisi, bahasa,
dan organisasi sosial layanan informasi perpustakaan profesional sering
berkonsentrasi pada penerapan teknologi baru dan standar, dan tidak mungikin
telah melihat pekerjaan mereka sebagai interpretasi yang melibatkan makna
analisis, itulah sebabnya klasifikasi perpustakaan telah dikritik karena
kurangnya konten intelektual substantif.
(However
Dr.Ch) Pengetahuan dalam suatu organisasi dapat menjadikan organisasi
tersebut memahami tujuan keberadaanya, diantara tujuan-tujuan tersebut yang
terpenting adalah bagaimana organisasi memahami cara mencapai tujuannya,
Organisasi-organisasi yang sukses adalah organisasi yang secara konsisten
menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkanya menyeluruh didalam organisasinya
dan secara cepat mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk serta layanan
mereka. Melihat perannya yang begitu penting bagi suatu organisasi, maka semua
pengetahuan yang dimiliki oleh suatu organisasiharus dikelola dengan baik,
sehingga pengetahuan tersebut dapat berperan optimal untuk organisasinya.
Empat kategori
personil dalam pengetahuan Organisasi
Mengategorikan orang2 dalam sebuah organisasi dalam 2 dimensi
sesuai dgn tigkat profesional dan kemampuan organisasi:
· Staff Pendukung: para staff pendukung membantu para ahli dan
para manajer, mereka tdk memiliki kualifikasi khhusus.
·
Profesional: merupakan
yang paling trampil/ahli, yang menjalankan pekerjaan dan mereka menyukai
pemecahan masalah dan tidak menyukai rutinitas.
·
Manajer : kebalikan dr
profesional , mereka mampu pegelolaan dan pengorganisasian,telah belajar untuk
bekerja melalui orang lain, dan menyukai melakukannya.
·
Pemimpin : merupakan
dimana orang2/yg lain ingin mengikuti, pemimpin ditunjuk oleh
pengikutnya/bawahan,,kepemimpinan melibatkan 2 tgas : memutuskan kemana
organisasi pergi dan membujuk orang lain untuk mengikuti.
6.
Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengatahuan objektif (objective knowledge) adalah
pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di
dalam ingatan. Ukuran pengetahuan objektif, yang berfokus pada potongan
informasi khusus yang mungkin diketahui konsumen. Dan pilihan akhir untuk
menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan ukuran pengetahuan subjektif
(subjective knowledge). Pengetahuan ini sireflesikan oleh pengukuran yang
menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri. Pada
dasarnya, konsumen diminta untuk menilai diri mereka sendiri berkenaan dengan
pengetahuan produk atau keakraban mereka. Ukuran pengetahuan subjektif
berrpusat di sekitar kesan konsumen mengenai pengetahuan total dan keakraban
mereka.
Akhirnya, pertimbangan diberikan pada metode alternatif untuk pengukuran
pengetahuan. Pengalaman pembelian atau pemakaian, walaupun tentu saja
berhubungan dengan pengetahuan, tidak harus memberikan indikasi yang akurat
mengenai beberapa persisnya informasi yang dimiliki konsumen.