KATA-KATA
MUTIARA
Tugas ( Softskill Bahasa Indonesia )
Tugas ( Softskill Bahasa Indonesia )
PUISI
BENCANA
MELANDAKU
Lewat suara gemuruh diiringi debu
Bangunan yang runtuh
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya
Mata
manusia sedunia terperangah,
menatap dan heran
Memang
kejadian begitu dahsyat
Bantuan
dan pertolongan mengalir
Hati
manusia punya nurani
Tuhan, mengapa semua ini terjadi ?
Mungkin kami telah banyak Mengingkari-Mu
Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya
TUGAS 2 ( Softskill Bahasa Indonesia )
Pengertian Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan suatu cara
sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan
terkontrol.
karakteristik penelitian ilmiah,
yaitu :
1. Sistematik.
Berarti suatu penelitian harus
disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar,
dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila
dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus
berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur
penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif
yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik.
Artinya suatu penelitian biasanya
didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari
kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat
sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
a. Hal-hal empirik
selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan
satu sama lain).
b. Hal-hal empirik
selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c. Hal-hal empirik
tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab
akibat).
4. Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah
dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil
yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.
Langkah-langkah Operasional
Metode Ilmiah
a. Perumusan masalah; yang
dimaksud dengan masalah yaitu pernyataan apa, mengapa, ataupun
bagaimana tentang obyek yang teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya
serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Penyusunan hipotesis;
yang dimaksud hipotesis yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan
kemungkinan jawaban untukmemecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang
ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu obserevasi atau
eksperimentasi.
c. Pengujian hipotesis; yaitu
berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah
diajukan untuk dapatmemperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui
pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba
atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui penginderaan.
d. Penarikan kesimpulan; penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta (data)
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima
atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta yang terkumpul
itumendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta tidak mendukung maka hipotesis
itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang
kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan. Keseluruhan langkah tersebut di atas harus ditempuh melaluiurutan
yang teratur, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun
secara sistimatis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
Seorang peneliti ingin mengetahui
pengaruh dari tinggi badan terhadap berat badan. Untuk kebutuhan penelitian
tersebut diambil sampel secara acak sebanyak 10 orang untuk diteliti. Hasil
pengumpulan data diketahui data sebagai berikut :
Berdasarkan data tersebut di atas :
Hitunglah nilai a dan b untuk
persamaan regersi linier sederhana
Jika hipotesis penelitian menyatakan
bahwa “tinggi badan seseorang berpengaruh terhadap berat badan seseorang”,
ujilah hipotesis tersebut dengan menggunakan Uji T dan Uji F (tingkat keyakinan
sebesar 95%)
Hitunglah nilai r dan koefisien
determinasi
Bagaimana kesimpulannya.
Jawab :
Hipotesis penelitian : Tinggi Badan
berpengaruh terhadap Berat Badan Seseorang (karena hanya dikatakan berpengaruh
maka menggunakan uji dua arah).
Jika Y : Berat Badan Seseorang dan X : Tinggi Badan Seseorang, maka untuk mendapatkan nilai a dan b untuk persamaan regersi linier sederhana :
Jika Y : Berat Badan Seseorang dan X : Tinggi Badan Seseorang, maka untuk mendapatkan nilai a dan b untuk persamaan regersi linier sederhana :
Berdasarkan hasil pengolahan data
tersebut di atas maka dapat dibuat persamaan regresi linier sederhana : Y = -
73,72041 + 0,819657 X
Untuk menguji hipotesis secara
parsial digunakan Uji T, yaitu :
Hipotesis Statistik adalah Ho : b = 0
dan Ha : b ≠ 0 (disebut uji dua arah)
Nilai T hitung adalah : b/Sb =
0,819657/0,05525673 = 14,833613932638 = 14,834
Nilai T tabel dengan df : 10 – 2 = 8
dan ½ α = 2,5% (uji dua arah) sebesar ± 2,306
Karena nilai T hitung lebih besar
dari pada T tabel atau 14,834 > 2,306 maka Ho ditolak, Ha diterima dan
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Tinggi Badan berpengaruh terhadap
Berat Badan Seseorang adalah dapat diterima (dapat dikatakan signifikan secara statistik).
Sedangkan untuk menguji secara
serempak digunakan Uji F, yaitu diperoleh F hitung = 31.874,98 dan Untuk nilai
F tabel dengan df : k - 1 ; n – k = 1 ; 8 dan α : 5% sebesar 5,32. Karena nilai
F hitung lebih besar dari F tabel atau 31.874,98 > 5,32 maka Ho ditolak, Ha
diterima dan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Tinggi Badan
berpengaruh terhadap Berat Badan Seseorang adalah dapat diterima.
Untuk nilai r (korelasi) adalah
sebesar 0,982 dan koefisien determinasi (r kuadrat) sebesar 0,964. Berdasarkan
hasil nilai koefisien korelasi maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara
variabel independen (Tinggi Badan) dengan variabel dependen (Berat Badan)
mempunyai hubungan yang kuat karena nilai r sebesar 98,2% tersebut sangat
mendekati nilai 100%.
Sedangkan berdasarkan nilai r kuadrat sebesar 96,4% menggambarkan bahwa sumbangan variabel independen (Tinggi Badan) terhadap naik turunnya variabel dependen (Berat Badan) sebesar 96,4% sedangkan sisanya merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
Kesimpulannya : Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis, baik Uji T maupun Uji F, diketahui bahwa Variabel Tinggi
Badan Seserorang berpengaruh terhadap Variabel Berat Badan Seseorang dan
pengaruhnya bersifat positif (nilai koefisien regresinya sebesar 0,819657),
artinya jika seseorang mempunyai tinggi badan semakin tinggi maka akan
meningkatkan berat badannya (dan sebaliknya). Berdasarkan nilai koefisien
regresi tersebut dapat diketahui bahwa jika tinggi badan meningkat sebesar 10%
maka berat badan akan meningkat 8,2%.
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi diketahui bahwa variabel independen (Tinggi Badan) mempunyai hubungan yang kuat dan mempunyai sumbangan yang cukup besar terhadap variabel dependen (Berat Badan).
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi diketahui bahwa variabel independen (Tinggi Badan) mempunyai hubungan yang kuat dan mempunyai sumbangan yang cukup besar terhadap variabel dependen (Berat Badan).
SUMBER :
TUGAS 3 ( Softskill Bahasa Indonesia )
Nama : Nidia Puspa Vitaloka
Kelas : 3EA13
NPM : 14210971
PERBEDAAN KARANGAN
1.
Perbedaan Karangan Argumentasi dan Persuasif
Argumentasi
·
Tujuan untuk meyakinkan
pembaca berisi gagasan, pendapat, atau tanggapan tentang suatu masalah.
Karangan Argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca, sehingga pembaca akhirnya
menyetujui bahwa pendapat keyakinan dan sikap penulis benar.
·
Penyertakan alasan dan
bukti, pembaca yakin bahwa gagasan penulis adalah benar.
·
Di dalamnya disertakan
bukti-bukti kuat
·
Dalam paparan disertai
dengan grafik, statistik dan lain-lain untuk membuktikan
Persuasi
·
Bertujuan mempengaruhi
pembaca untuk berbuat sesuatu
·
Untuk mencapai tujuan
itu, penulis tidak menggunakan bentuk paksaan terhadap pembaca, melainkan
menggunakan upaya untuk merangsang pembaca mengambil keputusan sesuai kemauan
penulis. Salah satu upaya itu adalah menyajikan bukti dan alasan.
·
Di dalamnya disertakan
alasan;bersifat motorik dalam karangan / pada paparan
·
Dalam paparan hanya
disertai alasan penulis untuk mempengarahui, meskipun terdapat data berupa
bukti-bukti itu pun terdapat hanya sedikit
2.
Persamaan
Karangan Argumentasi dan Persuasif
·
Sama-sama menjelaskan pendapat dan keyakinan penulis
3.
Ciri-ciri Karangan Argumentasi dan Persuasif
Ciri-ciri
karangan argumentasi yaitu:
·
Terdapat
pernyataan, idea tau gagasan yang dikemukakan
·
Pembenaran berdasarkan fakta dan data
yang disampaikan
ciri-ciri karangan persuasif
yaitu:
·
Terdapat himbauan atau ajakan
·
Berusaha mempengaruhi pembaca
4.
Contoh
Karangan Argumentasi dan Persuasif
Contoh
kutipan karangan argumentasi:
Dengan
perubahan pola pada program ospek, yakni dengan meninggalkan pola perpeloncoan,
tentunya masyarakat lebih banyak yang setuju. Lain halnya terhadap ospek yang
disertai hukuman-hukuman dengan alasan menguji mental, menempa kekuatan isik,
sumpah serapah, atau mengenakan atribut lucu-lucuan, mungkin akan lebih
banyak yang menolaknya. Bagi para orangtua, misalnya –di samping bangga dan bahagia–
sudah cukup berat dan repot tatkala anaknya diterima di perguruan tinggi.
Mereka bukan saja harus menyediakan dana cukup besar untuk bayar uang kuliah,
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan lain seperti uang kos dan biaya
sehari-hari bagi mereka yang berasal dari luar kota. Jika dibebani lagi harus
beli ini itu untuk kegiatan ospek, rasanya beban tersebut semakin menumpuk.
Lebih kecewa dan sakit lagi jika anaknya tiba-tiba harus pulang karena jadi
korban kelalaian mahasiswa seniornya.
Sekali
lagi, kita patut bersyukur karena tampaknya kegiatan ospek di kampus-kampus
sudah ada perubahan ke arah yang lebih bermakna positif. Sudah saatnya kita
meninggalkan perpeloncoan. Hidup ini sudah begitu keras untuk diperjuangkan,
jangan ditambah lagi dengan kekerasan yang lain. (Somad, 2007).
Contoh
kutipan karangan persuasi:
Jika
senang bepergian, Anda tentunya memiliki banyak persiapan dalam menghadapi
liburan ini. Persiapan yang terpenting adalah kesehatan fisik. Anda tidak
mungkin dapat berlibur jika terserang penyakit. Oleh karena itulah, kami
ciptakan sebuah produk multivitamin terbaik. Selain vitamin A, B Kompleks, dan
vitamin C, multivitamin ini pun diperkaya oleh vitamin D yang dapat menguatkan
tulang, serta vitamin E agar kulit Anda senantiasa sehat. Dengan tubuh yang
sehat dan bugar, berbagai aktivitas dapat Anda lakukan dengan bersemangat. Jika
Anda ingin senantiasa sehat dan mendapatkan khasiat dari Xavier-C, segera
kunjungi apotek terdekat di kota Anda. Dijamin, Anda tidak akan pernah merasa
kecewa. (Somad, 2007).
TUGAS 1 ( Softskill Bahasa Indonesia )
Nama : Nidia Puspa Vitaloka
Kelas : 3EA13
NPM : 14210971
PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Dalam penalaran,
proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Berpikir
atau bernalar sebagai proses berbahasa
Berbahasa memerlukan kegiatan berpikir. Sebelum berbahasa kita
pasti berpikir. Karenanya tak salah jika ada yang mengatakan bahwa
berbahasa identik dengan berpikir.Bernalar adalah proses berpikir yang
sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan baik bersifat ilmiah
atau tidak ilmiah.
Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien,tepat, dan
teratur. Bernalar dimaksudkan untuk menghindari kesalahan. Dalam segala
aktivitas (berpikirmaupun bertindak) manusia mendasarkan diri pada prinsip
bernalar.
Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai
prasangka atau emosi dan keyakinan seseorang, karena bernalar mendidik manusia
bersikap objektif, tegas, dan berani. Semua tadi merupakan suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala kondisi.
Metode dalam Menalar
Metode
induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam
memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk
hidup akan hidup.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Syarat-syarat Kebenaran dalam Penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah
untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam
menalar dapat dipenuhi.
·
Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang
akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
·
Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar
secara formalmaupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti
isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Langganan:
Komentar (Atom)

