TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA ( RESENSI )

Nama         : Nidia Puspa Vitaloka
Kelas           : 3EA13
NPM           : 14210971

PENGERTIAN RESENSI

Resensi /résénsi/ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD; ulasan hasil karya. Sedangkan kata "mengulas" itu sendiri mempunyai arti memberikan penjelasan dan komentar, menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb), mempelajari (menyelidiki) dan kata "ulasan" mempunyai arti kupasan, tafsiran, komentar.

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas

Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

tujuan resensi adalah:

Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Setelah mengetahui definisi serta tujuan dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira unsur apa saja yang terkandung di dalam sebuah resensi ?

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.

2. Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
Judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.).
Pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.).
Penerbit
Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa).
Tebal buku
Harga buku (jika diperlukan).

3. Membuat pembukaan
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh.
Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain
Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
Memaparkan keunikan buku;
Merumuskan tema buku;
Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku
Mengungkapkan kesan terhadap buku;
Memperkenalkan penerbit;
Mengajukan pertanyaan
Membuka dialog

4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis
ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya
keunggulan buku
kelemahan buku
rumusan kerangka buku
tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)
adanya kesalahan cetak.
Penutup resensi buku

Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah



Identitas Buku

Judul Buku     : Di Bawah Lindungan Ka’bah
Penerbit          : PT. Bulan Bintang
Penulis             : Prof. DR. (Buya) Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
Tahun Terbit   : Jumadil Awal 1422 / Agustus 2001
Cetakan Ke    : 25
Tebal Buku     : 80 halaman
Kategori          : Novel Sastra

Buku ini berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah yang di karang oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau sering dikenal dengan nama HAMKA  yang merupakan singkatan dari namanya,beliau lahir di kampung Molek, Meninjau tahun 1908. Beliau seorang ulama,aktivis dan sasatrawan Indonesia.Beliau dijuluki Buya oleh para sastrawan.Buya adalah panggilan untuk orang Minangkabau, kata Buya berasal dari bahasa Arab yaitu Abi yang artinya ayah.

Beliau adalah anak dari syekh Abdul Karim bin Amrullah,yang merupakan pelopor gerakan islam di Minangkabau.Hamka pernah bekerja menjadi seorang guru di Perkebunan Kebun Tinggi dan di Padang Panjang,beliau juga menjadi dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhamadiah, Padang Panjang,beliau menjabat Pegawai Tinggi Agama,beliau juga sebagai wartawan, penulis editor dan penerbit. Beliau wafat pada tanggal 24 Juli 1981.

Buku ini dari sisi agama bagus dan kental akan keagamaanya meskipun bercerita mengenai percintaan, berbeda dengan novel jaman sekarang ini, sisi keagamaannya kurang di tonjolkan dan lebih mengedepankan tentang percintaannya,dan juga terlihat dari karya ilmiah yang di hasilkannya yakni Tafsir al-azhar.

Dari sisi budaya Hamka mampu mengangkat adat dari daerah Minangkabau dimana seorang perempuan apabila telah lulus dari sekolah MULO (sekarang sederajat dengan SMP) tidak boleh kemana-mana harus di pingit di rumah sebelum dia menikah apabila dia mau keluar rumah dia  harus di temani keluarganya atau kepercayaannya.

Dari sisi sosial atau hubungan dengan orang lain sangat bagus karena dapat memberitahukan bahwa kita harus bersikap dermawan dan dapat peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita meskipun itu dari kalangan bawah.

Sosok Hamka sangat religius itu terlihat dari buku-buku yang di karangnya seperti dalam buku ini bercerita tentang percintaan namun tidak ada unsur  negatifnya malah banyak unsur agamisnya, bukan dari buku ini saja namun dari buku-buku yang beliau karang seperti Tenggelmnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli dan lain lain.

Buku ini diterbitkan oleh PT.Bulan Bintang yang bertempat di Jalan Kramat Kwitang ,No.8  Jakarta 10420,Indonesia.

Sinopsis

Dikisahkan ada seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid sebelumnya adalah seorang yang kaya. setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat,sahabat dan sanak saudara yang dulu banyak, tak ada lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal.
Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Ada tetangga baru di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang-orang kaya yang bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Mak Asiah senang memanggil Hamid setiap pagi  karena hendak membeli makanan yang dijualnya itu. Pada waktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Akhirnya Hamid dibiayai noleh haji Jakfar,suami mak Asiah,juga disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo.
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab. Keduanya sebenarnya telah saling jatuh cinta.Namun Hamid sadar akan statusnya.Zainabpun  harus masuk pingitan,menurut adat didesa itu. sedang Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua lainnya. 
Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab.
Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.
Sementara itu dikota suci mekah,Hamid bertemu dengan Saleh,temannya dahulu. Hamid menceritakan segala perasaannya pada Zainab kepada Saleh.cinta mereka tidak bisa disatukan karena  ibu Hamid sendiri melarang Hamid untuk mencintai Zainab,karena ibu Hamid merasa tidak pantas.sementara Ternyata Saleh adalah suami dari Rosna,Rosna sendiri adalah sahabat Zainab. Rosna dan saleh saling bercerita,berkirim surat tentang kisah Hamid dan Zainab.Zainab yang sedih berlebihan,karena cinta yang tidak bisa bersatu dengan Hamid,akhirnya menjadi sakit hingga akhirnya meninggal.
Karena terlalu cintanya Hamid pada Zainab, terlebih mendengar Zainab yang meninggal dunia, Hamid pun tak kuasa menahan sedih.Selalu memikirkan Zainab, hingga akhirnya Hamid jatuh sakit dan meninggal dibawah lindungan ka'bah. 

(Kelebihan & Kekurangan)

·       Kelebihan dari Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah : Terletak pada alurnya yang dapat membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan Hamid dan Zainab, bagus dan kental akan keagamaanya meskipun bercerita mengenai percintaan dan dapat memberitahukan bahwa kita harus bersikap dermawan dan dapat peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita meskipun itu dari kalangan bawah.
·    
      Kekurangan dari Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah : Terletak pada bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang digunakan yaitu antara bahasa minang-indonesia dan bahasa melayu.

Unsur-unsur :

Tema dalam buku ini mengenai percintaan,meskipun percintaan buku ini sarat akan keagamaan.Kisah cinta disini mencerikatan dua orang yang memiliki perasaan sama antara satu sama lain namun mereka tidak sempat bersama karena ajal telah memisahkan mereka.
Alur yang digunakan adalah alur campuran yakni dimulai dari Hamid yang berada di Tanah Suci kemudian dia menceritakan mengenai masa lalunya dan menceritakan kembali masa-masa Hamid di Tanah Suci.
Tokoh utama yang berada di certa ini adalah Hamid dan Zainab.Hamid memiliki sifat yang baik, sabar, tawakal, agamis, menyayangi dan menghormati orangtua. Zainab memiliki sifat yang  baik, pendiam, sabar, patuh dan menghormati orangtua.Tokoh yng lainnya yaitu  Engku Haji Ja’far dan Mak Asiah yang memiliki sifat dermawan.Ibu Hamid yang memiliki sifat penyayang,  peduli pada buah hati.Saleh dan Rosna yang memiliki sifat sangat peduli kepada sahabat atau setia kawan.
Latar dalam cerita ini di Tanah Suci, Padang, Medan, pantai dan rumah.Setting pada siang dan malam.Suasana dalam cerita ini sedih.Sudut pandang dalam cerita ini adalah sudut pandang campuran karena terdapatn kata saya dan nama orang. Nilai yang terkandung dalam cerita ini diantaranya nilai moral, nilai agama dan nilai sosial.
Gaya penulisan yang digunakan pengarang adalah menggunakan bahasa Melayu dan menggunakan bahasa arab, sehingga sedikit menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya. Walaupun demikian cerita ini tetap menarik untuk di baca.
Selain itu terdapat beberapa majas, salah satunya adalah majas pesonifikasi seperti, “surat itu bisu”, Repertisi seperti, “entah di darat, entah di laut, entah sengsara kehausan”.
Amanat yang dapat kita ambil yaitu kita harus berani mengungkapkan perasaan kita kepada orang yang kita cintai, jangan kita sesali akan perbuatan kita yang tidak peka terhadap keadaan.

Sumber :