PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003
: 10) mengatakan, “Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha bisnis yang akan
dijalankan, dalam menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”.
Sedangkan
menurut SuratmSan, (2001 : 5) mengatakan, “Studi kelayakan proyek
merupakan suatu studi untuk menilai proyek yang akan dikerjakan dimasa
mendatang”. Penilaian disini tidak lain adalah memberikan rekomendasi apakah
sebaiknya proyek yang bersangkutan layak dikerjakan ataukah sebaiknya ditunda
dulu, mengingat kondisi mendatang penuh ketidakpastian.
Studi
Kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek, biasanya proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan
Suwarsono 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat
investasi yang terdiri dari:
·
Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek
itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial).
·
Manfaat proyek bagi negara tempat proyek
itu dilaksanakan (disebut jiga manfaat ekonomi nasional).
·
Manfaat sosial proyek tersebut bagi
masyarakat di sekitar proyek.
2.1.2. Aspek-Aspek
Studi Kelayakan
Melakukan
studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama
menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi
tertentu. Sementara itu, sesuai dengan definisinya bisnis memiliki
kegiatan-kegiatan yang tidak hanya membangun proyek, tetapi yang utama justru
operasionalisasinya sehingga menjadi beberapa aspek perhatian. Meskipun belum
ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi pada umumnya
penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum,
manajemen dan aspek ekonomi dan sosial. penelitian ilmiah
yang dilakukan dibatasi pada aspek keuangan dan aspek pasar dari studi
kelayakan usaha Warnet. Berikut ini adalah aspek-aspek dalam suatu studi
kelayakan bisnis, yaitu :
1. Aspek hukum adalah untuk meneliti kelengkapan, kesemperunaan dan keaslian izin-izin
dan dokumen-dokumen.
2. Aspek pasar dan pemasaran adalah meneliti besar pasar dan kemampuan perusahaan menguasainya, serta
menilai strateginya.
3. Aspek keuangan adalah menilai perolehan pendapatan dan biaya yang dikeluaran.
4. Aspek teknis/operasional à menentukan lokasi, layout gedung dan uangan serta teknologi yang
digunakan.
5. Aspek manajemen adalah meneliti kesiapan SDM yang menjalani usaha.
6. Aspek ekonomi dan social adalah menilai manfaat usaha terhadap ekonomi dan social masyarakat.
2.1.3. Analisa Finansial
Tujuan
menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah
untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan. Analisis finansial memiliki arti penting dalam memperhitungkan
intensif bagi orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan
proyek yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian.
2.1.4. Pengertian Investasi
Investasi
dalam arti luas menurut William F. Sharfe adalah mengorbankan dollar sekarang
untuk dollar dimasa yang akan datang.
Menurut
Gitman Investasi adalah komitmen untuk mengeluarkan dana sejumlah tertentu pada
saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat di waktu yang akan
datang, dua tahun atau lebih.(2000 : 332).
Investasi adalah
pengaitan sumber – sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
yang akan datang. Muljadi (2001:284).
Banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi diantaranya adalah
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa
ataupun penambahan devisa, dalam menggunakan pengertian proyek investasi
sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa
dinilai secara cukup independen.
Ada berbagai cara dalam menggolongkan
usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut
katagori, sebagai berikut
1. Investasi
penggantian, adalah penggantian aktiva yang sudah aus dengan yang baru.
2. Investasi
dengan penambahan kapasitas, sering juga bersifat penggantian.
3. Investasi
penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan produk baru disamping
tetap memproduksi yang lama.
4. Investasi
lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam tiga golongan diatas.
2.1.5.
Jenis- jenis Investasi
Dalam investadi terdapat empat penggolongan
investasi, yaitu:
1. Investasi
yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi
ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak
yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakanya tanpa
mempertimbangkan laba atau rugi. Contohnya karena air limbah yang
telahdigunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan
mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan
perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum dibuang
keluar pabrik.
2.
Investasi yang tidak dapat diukur
labanya (non-measureable profit investment)
Investasi
ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh
perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti.
Contohnya adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya
penelitian, dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan
karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yag dapat diperoleh dengan adanya
pengeluaran biaya promosi produk , begitu juga sulit untuk mengukur penghematan
biaya (karena adanya efisiensi) akibat adanya program pelatihan.
3.
Investasi dalam penggantian ekuipment
(replacement investment)
Investasi
jenis ini meliputi pengeluaran untuk mesin dan ekuipmen yang ada. Dalam
pemakaian mesin dan ekuipmen, pada suatu saat yang terjadi biaya operasi mesin
dan ekuipmen menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi jika mesin
tersebut diganti dengan yang baru, atau produktivitasnya tidak mampu memenuhi
kebutuhan.
4.
Investasi dalam perluasan usaha
(expansion investment)
Investasi
ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi
menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva
diferensial berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pandapatan
diferensial, yang berupa tambahan.
2.1.6.
Prinsip – prinsip Investasi
Investasi memiliki prinsip – prinsip yang wajib diperhatikan dalam
berinvestasi, agar yang ditananamkan tidak memiliki resiko yang dapat merugikan
para investor, yaitu :
1. High risk high return dan low
risk low return adalah prinsip yang mengatakan bahwa semakin beresiko
investasi seseorang semakin tinggi pendapatan yang akan diterima dimasa yang
akan datang dan sebaliknya.
2. Diversification (diverse low
risk) adalah prinsip yang akan mengatakan bahwa penganekaragaman dalam
investasi akan membuat resiko investasi berkurang.
3. Long term stability (long term low
risk) adalah prinsipyang mengatakan bahwa investasi yang berjangka waktu
panjang beresiko rendah.
4.
Liquidity (liquid high risk) adalah
prinsip yang mengatakan bahwa semakin liquidinvestasi tersebut, semakin
besar resiko yang melekat.
2.1.7. Pengertian Aliran Kas (Cash flow)
Ada
berbagai cara penilaian usulan investasi didasarkan pada aliran kas atau arus
kas bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003 : 146) mengatakan, “Arus kas
adalah jumlah uang yang masuk dan keluar perusahaan mulai dari investasi
dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut.
Uang
masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak
tertentu, dapat juga diperoleh dari penghasilan atau pendapatan. Uag keluar
merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, yang
merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk berbagai
keperluan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.
Pentingnya
kas akhir bagi investor jika dibandingkan dengan laba yang diterima perusahaan
dikarenakan, kas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai
sehari-hari. Kas yang digunakan untuk membayar kebutuhan berbagai kewajiban
yang jatuh tempo. Dan kas juga dipergunakan untuk melakukan investasi kembali.
Menurut Suratman (2001 : 120) secara umum aliran kas
dapat dikelompokan menjadi :
a. Aliran kas awal (intial
cash flow) adalah aliran kas keluar dalam rangka untuk keperluan aktiva
tetap dan penentuan besarnya modal kerja pada awal periode investasi.
b. Aliran kas
operasional (operational cash flow) berasal dari operasi perusahaan yang
meliputi kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk berasal dari
penjualan sedangkan aliran kas keluar adalah kas yang dikeluarkan untuk
membayar operasional.
c. Aliran kas sisa (terminal
cash flow) menunjukan aliran kas pada terakhir umur ekonomis.
2.1.8. Pengertian Capital Budgeting
Capital
budgeting ialah proses perencanaan dan pengambilan keputusan pengeluaran dana
dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebih waktu satu tahun. Capital
Budgeting memiliki arti yang sangat penting bagi pengusaha, dikarenakan :
1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk
jangka waktu yang panjang dan ini akan berpengaruh pada penyediaan dana untuk
keperluan lain.
2.
Investasi dalam aktiva tetap menyangkut
hasil yang akan diperleh untuk masa yang akan datang. Kesalahan dalam
mengadakan “forecasting” akan mengakibatkan
adanya “Over“ atau “under investaiment“ dalam aktiva tetap.
3.
Pengeluaran dana untuk keperluan
tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar, jumlah dana yang besar ini
memungkinkan tidak dapat diperoleh dalam jangka waktu yang pendek atau
sekaligus, berhubungan dengan itu maka sebelumnya harus dibuat rencana yang
teliti.
4.
Kesalahan dalam pengambilan keputusan
mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan
berat. Serta tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kemunduran.
2.2. Alat Analisis
2.2.1. Metode Payback Period (PP)
Metode
payback period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. (Kasmir dan Jakfar, 2003 : 154) Sedangkan
menurut (Suratman, 2001 : 129) “Payback Period merupakan teknik untuk
menentukan layak atau tidak usulan proyek investasi cekup dengan membandingkan
antara waktu pengambilan jumlah dana untuk investasi dengan umur ekonomis
proyek. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed)
yang diperoleh setiap tahun.
Nilai kas
bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan
(dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri. Apabila kas
setiap tahun sama, maka :
Investasi
Payback Period = x 12
bulan
Kas bersih per tahun
|
Jadi
criteria penilaian pada metode payback period ini adalah :
- Jika payback
periodnya lebih kecil ( < ) dari waktu maksimum yang diisyaratkan maka
proyek diterima.
- Jika payback
periodnya lebih besar ( > ) atau lebih lama dari waktu maksimum yang
diisyaratkan proyek ditolak.
2.2.2. Metode Net Present Value (NPV)
Dalam
teknik ini untuk mengetahui apakah suatu usaha proyek investasi layak
dilaksanakan atau tidak dengan cara membandingkan antara PV kas bersih (PV
of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur
investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net
Present value (NPV). Kasmir dan Jakfar,
2003 : 157)
Untuk
menghitung NPV, terlebih dulu kita harus berapa PV kas bersih. PV perusahaan
selama umur investasi tertentu.
Kas Bersih1 Kas
bersih2 Kas
bersih
NPV = + +
………..+ - Investasi
(1+r) (1+r)2 (1+r)n
|
Kriteria penilaian NPV adalah :
- Jika NPV
positif, maka investasi diterima.
- Jika NPV
negative, maka investasi ditolak.
2.2.3. Metode Profitability Index (PI)
Profitability
Index (PI) atau benefit and
cost ratio (B/C Ratio) merupakan
rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai
sekarang pengeluaran investasi selama umur ekonomis. (Kasmir dan Jakfar, 2003 : 163).
Rumus
yang digunakan untuk mencari PI adalah :
∑ PV Kas Bersih
PI = x 100%
∑ PV Investasi
|
Kriteria
untuk Profitability Index adalah :
- Jika PI lebih
besar ( > ) dari 1, maka investasi diterima.
- Jika PI lebih
kecil ( < ) dari 1, maka investasi ditolak.